Kamis, 16 April 2015
Paradigma Keliru Orang Tua Picu Kasus Pelanggaran Lalu Lintas
Pemandangan anak dibawah umur mengendarai kendaraan bermotor dijalanan bukan merupakan hal yang
asing lagi di Indonesia. Kesibukan orang tua dalam dunia pekerjaan melalaikan tugas
mereka memberikan kasih sayang kepada anak tercinta. Terjadi pergeseran paradigma
bentuk kasih cinta orang tua kepada anak. Kesibukan orang tua menyebabkan waktu
untuk mendampingi setiap kegiatan anak menjadi terganggu. Guna mengatasi hal
tersebut, banyak orang tua yang mengambil jalan pintas agar bentuk kasih cinta
terhadap anak tidak terganggu oleh kesibukan orang tua itu sendiri. Salah satu
jalan pintas yang diambil yaitu dengan memberikan kendaraan bermotor pribadi
untuk anak tercinta yang masih berada dibawah umur agar kegiatan anak tidak
terganggu dengan kesibukan orang tua. Orang tua juga memandang hal tersebut
bisa melatih kemandirian sang anak.
Sungguh paradigma keliru yang telah dianut oleh
sebagian besar orang tua dalam menggambarkan bentuk kasih cinta kepada anak. Membelikan
kendaraan bermotor pribadi untuk anak dianggap sebagai bentuk cinta kepada
anak. Penerapan paradigma yang keliru oleh orang tua membuat mereka mengabaikan
bahaya yang mengancam keselamatan anak tersebut dan orang lain disekitarnya. Kondisi
psikologis anak berusia dibawah umur yang belum stabil ikut menambah resiko
bahaya kecelakaan lalu lintas. Banyak orang tua yang melalaikan sisi tersebut
sehingga dengan serta merta membebaskan anak mereka yang masih tergolong di
bawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor. Hal tersebut sangat
bertentangan dengan aturan tertulis di Negara ini yang melarang anak berusia
dibawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor.
Kasus anak dari musisi Ahmad Dhani bisa dijadikan sebagai
refleksi bagi orang tua guna meluruskan paradigma keliru yang dianut. Kecelakaan
lalu lintas yang menelan korban jiwa tersebut menjadi pelajaran bahwa anak yang
masih dibawah umur belum memiliki psikologi yang cukup untuk mengontrol emosi
mereka dalam mengendarai kendaraan bermotor.
Di samping itu anak yang masih dibawah umur juga belum paham secara
pasti rambu-rambu lalu lintas yang harus dipatuhi dalam berlalu lintas. Banyak orang
tua yang masih lalai menjelaskan rambu-rambu yang harus dipatuhi sebelum
membebaskan anak mengendarai motor secara mandiri. Pemahaman paradigma yang
keliru tersebut menjadi penyebab utama kelalaian orang tua.
Pemahaman serta penerapan paradigma yang keliru
terhadap bentuk kasih sayang orang tua dengan membebaskan anak dibawah umur
mengendarai sepeda motor menjadi salah satu latar belakang pelaksanaan operasi
simpatik 2015 yang digelar oleh Kepolisian Resor Banyumas. Melalui Operasi
Simpatik 2015 diharapkan pemahaman paradigma yang keliru bisa diluruskan
sehingga angka kasus kecelakaan serta pelanggaran lalu lintas yang dilakukan
anak dibawah umur dapat ditekan. Sehingga akan tercipta budaya tertib lalu
lintas di negeri tercinta ini.
Label:
Tulisan Mandiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar