Kamis, 16 April 2015
Memecah Batu Kemalasan
Sebuah kegiatan yang biasa dan sangat sederhana,
terkadang membuat sebagian besar orang sulit untuk melakukannya. Sejatinya
semua orang sering besinggungan dengannya tanpa disadari. Sesuatu yang sangat
tidak asing di telinga manusia. Menulis, itulah sebutan dia. Manusia tidak
dapat melepaskan diri dari menulis seiring perjalanan hidupnya. Melalui sebuah
tulisan, suatu deskripsi perasaan dan keadaan bisa dituangkan.
Menulis terkadang menjadi momok sulit untuk
dilakukan sebagian orang. Beragam sebab munculnya kesulitan menulis
dikemukakan, namun akar dari permasalahan ini adalah batu kemalasan yang ada
dalam diri masing-masing individu. Batu yang keras sangat menghambat orang
dalam menghasilkan sebuah karya tulisan. Kesulitan menemukan ide merupakan
kesulitan yang kerap muncul di tahap awal menulis. Hal tersebut merupakan salah
satu hambatan yang disebabkan oleh kemalasan yang sangat keras bagai batu dalam
diri individu. Namun, kesulitan juga sering muncul pada saat tahap
mengembangkan ide yang telah didapat menjadi sebuah tulisan yang menarik.
Kesulitan dalam mengembangkan sebuah ide menjadi sebuah tulisan merupakan
masalah klasik yang sering dihadapi banyak orang. Kerasnya batu kemalasan
membelenggukan otak sehingga sulit untuk memulai mengembangkan ide.
Menulis menjadi pekerjaan yang cukup menyenangkan
jika batu kemalasan tersebut dapat dilawan dan dipecahkan. Ekspresi akan keluar
dengan bebas dan dapat tertuang dalam tulisan yang akan ditulis. Tanpa disadari
batu kemalasan juga membelenggukan ekspresi dalam diri kita sehingga sulit
untuk dikeluarkan. Kita harus dapat terlepas dari belenggu batu kemalasan
dengan cara memecahkan kerasnya batu tersebut. Melalui tulisan ini saya ingin
sedikit berbagi kiat bagaimana memecah belenggu batu kemalasan dalam diri.
Menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Multi Media
Yogyakarta dengan mengambil jurusan Manajemen Informasi dan Komunikasi, saya
mendapatkan beberapa pengalaman menulis dalam salah satu mata kuliah yang ada
di semester 4 ini. Media Planning atau biasa disebut dengan penulisan naskah informasi merupakan salah satu mata kuliah yang diampu oleh dosen bernama Ibu
Ismawati Retno. Beliau adalah seorang dosen yang sudah cukup ahli dalam hal
penulisan naskah informasi. Karya tulisan beliau sudah tidak
terhitung jumlahnya, bahkan beliau sampai membukukan karya tulisan yang
berisikan tentang walikota dimana beliau bekerja. Ibu Ismawati tidak sungkan
membagi ilmu kepada mahasiswa MIK mengenai bagaimana menghasilkan karya tulis
yang menarik.
Berbagai masalah banyak dihadapi oleh mahasiswa MIK
dalam hal menulis. Namun, pandangan saya tetap mengerucut kepada batu kemalasan
yang menjadi akar utama masalah yang dihadapi rekan-rekan dalam menulis. Kesulitan
mencari ide, mengembangkan ide, serta mengembangkan kalimat diungkapkan oleh
mahasiswa MIK. Solusi jitu pertama yang didapat dari Ibu Ismawati untuk memecah
batu kemalasan tersebut adalah dengan memerintahkan kami membuat tulisan bebas
serta dengan Bahasa yang juga bebas. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan
minat awal serta imajinasi mahasiswa dalam menulis. Tidak ada batasan diberikan
beliau dalam solusi pertama yang dicoba. Solusi tersebut dicoba dan berhasil
menghasilkan dua karya tulisan. Solusi berikutnya beliau melatih kepekaan
mahasiswa dengan adanya kegiatan perayaan hadeging nagari di Yogyakarta. Beliau
mengharapkan agar mahasiswa peka terhadap sudut pandang menarik yang dapat
diambil dan diangkat menjadi sebuah tulisan menarik. Masih dengan melatih
kepekaan mahasiswa, beliau memerintahkan mahasiswa untuk menelusuri lebih dalam
grass root yang di lingkungan kampus
broadcast ini dan diangkat menjadi sebuah tulisan. Bergerak ke level
selanjutnya, Ibu Ismawati memerintahkan kembali mahasiswa untuk membuat tulisan
menarik mengenai event yang ada disekitar kampus. Hal tersebut ditujukan agar
kepekaan mahasiswa semakin matang dengan melihat event menarik, unik yang ada
disekitar kampus. Jangan melihat terlalu jauh, cukup berlatih peka terhadap lingkungan
terdekat terlebih dahulu.
Disamping melatih minat dan kepekaan, beliau juga
memberi kiat agar dapat membuat tulisan menjadi menarik. Judul dan lead
paragraph merupakan dua komponen penting dalam sebuah tulisan. Beliau
menuturkan bahwa kedua unsur tersebut merupakan nyawa dari sebuah tulisan. Agar
tulisan menjadi menarik untuk dibaca, kedua unsur tersebut juga harus dibuat
menarik. Guna memotivasi mahasiswa yang diampu, Ibu Ismawati juga mendatangkan
salah satu mahasiswa kedinasan kebanggaan beliau bernama Gufron. Mas Gufron
merupakan salah satu mahasiswa yang cukup ulet dan gemar dalam menulis.
Terakhir tulisan Mas Gufron dimuat dalam Surat Kabar Harisan Tribun Jogja dalam
kolom Citizen Jurnalism. Dalam tulisan tersebut Mas Gufron mengangkat fenomena
gerhana bulan yang ternyata dikemas oleh salah satu pihak menjadi bertajuk
wisana astronomi. Dia menceritakan pengalaman mengunjungi wisata astronomi
tersebut. Mas Gufron memberi motivasi kepada mahasiswa agar dapat mencari sudut
pandang yang menarik dan kreatif yang sekiranya dapat mencuri perhatian
pembaca. Dalam tulisannya, ia menjelaskan bahwa fenomena gerhana bulan
merupakan fenomena yang sudah tidak asing bagi masyarakat, tetapi Mas Gufron
melihat sisi wisata astronomi gerhana bulan yang masih jarang ditemukan dan
menarik untuk diinformasikan kepada masyarakat.
Menulis bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Kita
harus bisa melepaskan diri dari kerasnya batu kemalasan yang membelenggu diri
kita masing-masing. Giat berlatih,sabar,tekun adalah kunci untuk memecahkan
kerasnya batu tersebut. Melalui ilmu dan motivasi yang diberikan Ibu Ismawati
saya banyak belajar untuk memecahkan batu kemalasan tersebut secara seutuhnya
agar ekspresi yang ingin dituangkan dalam sebuah tulisan dapat bebas dan lepas.
Label:
Tulisan Tugas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar